Kedung Kandang Gunungkidul
Kedung Kandang Gunungkidul - Tahun lalu Teman Saya datang dan mengubek-ubek
Desa Putat, Kec. Pathuk, Gunungkidul untuk mencari durian khas dari
Gunungkidul, yakni durian Kencono Rukmi. Desa Putat dikenal sebagai sentra
durian di Gunungkidul. Tidak beruntung Teman Saya karena musim durian sudah
selesai. Namun, tak disangka di Dusun Sendangsari Putat, Teman Saya berjumpa
dengan sebuah air terjun yang bertingkat-tingkat merayapi batuan hitam di
antara kawasan sawah-sawah bertingkat.
Teman
Saya hanya memandangnya saja dari kejauhan. Terpikir untuk mendatangi air
terjun cantik itu tetapi suasana sangat sepi. Tidak ada orang sekalipun.
Terlebih daerah tersebut dekat dengan pemakaman menambah enggan. Hari sudah
menuju senja membuat Teman Saya pun urungkan untuk menuju air terjun yang
kiranya butuh jalan kaki setengah jam. Waktu itu Teman Saya akhirnya berpindah
ke Embung Nglanggeran yang lokasinya tak jauh dari curug ‘misterius’ tersebut.
Di
awal tahun 2015, Teman Saya melihat ada unggahan air terjun cantik itu di
sebuah akun instagram. Langsung Teman Saya terlempar pada air terjun yang
setahun ini penasaran ingin Teman Saya kunjungi. Oh, ternyata namanya Kedung
Kandang. Baru di akhir Januari ini Teman Saya tergerak untuk mendatangi Kedung
Kandang sekalian ‘berburu’ lagi durian Kencono Rukmi di Desa Putat. Teman Saya
pun ajak Dodo, lelaki pengelana Nusantara yang sedang mencari jodoh (kalau ada
yang tertarik hubungi Teman Saya, diutamakan cewek :P).
Sama
dengan tahun lalu, Teman Saya tak berhasil mendapat durian Kencono Rukmi.
Ternyata saat ini memang baru awal musim durian. Tujuan ke Air Terjun Kedung
Kandang pun harus dilaksanakan agar tak kecewa dua kali lipat. Teman Saya datangi
lokasi yang sama dengan lokasi setahun lalu. Kini tak lagi sepi. Ada geliat
pemuda desa yang menjadi ‘pengelola’ wisata setidaknya sebagai penjaga motor
dan pemandu ke lokasi. Ada juga beberapa pengunjung yang mendatangi curug yang
‘tersembunyi’ ini.
“Sekitar
mulai seminggu ini, lumayan pengunjungnya. Sejak ada pemuda Nglanggeran yang
‘masang’ foto Kedung Kandang di internet.” ungkap Giyanto, warga yang rumahnya
paling dekat dengan Kedung Kandang.
Perjalanan
mendekat ke Kedung Kandang melewati
sawah bertingkat-tingkat yang melekuk manis badan perbukitan. Jalanan hanya
berupa tanah dan pada beberapa tempat terdapat kubangan lumpur. Lanskap indah
ini pasti sangat memuaskan bagi orang yang biasa terobsesi dengan lanskap subak
di Ubud, Bali. Bagi penikmat keindahan, perjalanan menyusuri pematang sawah
adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Di kejauhan, Kedung Kandang tampak
manja untuk mengundang Teman Saya untuk lekas bertkazim kepadanya.
Perjalanan
sekarang berubah menyusuri sungai yang beralaskan batuan hitam vulkanik.
Kawasan Kedung Kandang memiliki karakter yang sama dengan Gunung Api Purba Nglanggeran,
yakni didominasi batuan vulkanik. Aliran sungai tidaklah deras tapi hanya saja
perlu waspada untuk menghindari kubangan di tengah sungai. Delapan puluh meter
menantang aliran sungai, akhirnya Teman Saya tiba di kaki Air Terjun Kedung
Kandang.
Daya
tarik yang khas dari Kedung Kandang
adalah tingkatan-tingkatan batuan yang mengondisikan air bercucuran manis
merayapi tubuh kekarnya. Teman Saya tak menghitungnya secara cermat, tapi
kira-kira ada lebih sepuluh tingkat. Di sekeliling air terjun, lanskap yang
asri berupa sawah-sawah bertingkat kian mengindahkan Kedung Kandang. Teman Saya
coba naik ke beberapa tingkat batuan, Teman Saya terkesima mendapati
kubangan-kubangan air yang unik.
Menurut
Giyanto, sesungguhnya Kedung Kandang
adalah kubangan yang menjadi dasar dari air terjun yang ketinggiannya paling
tinggi, sekitar 5 meter. Di Kedung Kandang ini ditumbuhi rerumputan di
sekeliling kolamnya. Lantas di bawahnya terdapat tiga kubangan yang sejajar
bersandingan, yakni Kedung Kanthil, Kedung Manten dan Kedung Keris. Ada
peringatan bagi pengunjung, meskipun tidak dalam tetapi diharapkan untuk tidak
masuk ke salah satu kubangan kedung itu.
Melihat
persawahan dari tepian Kedung Kandang bagi Teman Saya adalah pengalaman yang
mengundang imajinasi. Terhampar persawahan bertingkat yang merajut bersama
pohon kelapa lalu terdapat sungai yang mengalir melekuk-lekuk. Melemparkan
suasana selayak di Ubud namun dengan lebih magis karena di bawah Teman Saya ada
tiga kedung yang manis bersandingan. Teman Saya duduk santai sembari melihat
burung sriti melintas. Namun begitu, lanskap masih ada yang hambar, ada satu
yang kurang: cuaca cerah. Sore itu mendung begitu menggelap dan akhirnya hujan
gerimis membuyarkan Teman Saya menikmati lanskap cantik ini.
Teman
Saya dan Dodo lantas bergegas pulang dan sempat tersiram hujan yang cukup
deras. Untung, sambutan ramah Pak Giyanto di
rumah cukup menghangatkan Teman Saya. Teman Saya pun akhirnya mengobrol
banyak dengan lelaki yang berprofesi sebagai tenaga pemasang dak keraton di Yogya
sembari menunggu hujan mereda. Dengan dikawani teh hangat dan kacang rebus, Teman
Saya mendapatkan banyak informasi tentang durian di desa Putat.
“Ada
durian asal Putat yang banyak dicari juga mas selain Kencono Rukmi, durian
emas. Teman Sayangnya, sekarang belum ada yang matang. Kalau ada yang matang nanti Teman Saya kabari
ke mas.” kata Pak Giyanto yang sangat ramah dan baik.
Siyaap
Pak Giyanto dengan senang hati Teman Saya laksanakan! Memang ini tepat dengan
rencana Teman Saya untuk kembali lagi ke Kedung Kandang saat cuaca cerah. Teman
Saya akan datang lagi ke Kedung Kandang bersamaan dengan menyantap durian
mantap dari Desa Putat. Hari telah benar-benar menggelap saat Teman Saya
berpamitan pulang dengan Pak Giyanto. Desa Putat pun benar-benar telah tertelan
sepi malam hari.
-
Kedung Kandang merupakan air terjun musiman. Oleh karena itu sebaiknya datang saat musim penghujan atau peralihan musim penghujan ke musim kemarau. Saat musim kemarau, Kedung Kandang bisa benar-benar mengering,· Belum ada tiket masuk. 'Wisata' Kedung Kandang dikelola oleh pemuda setempat. Ada kotak sukarela untuk membayar ongkos parkir. Biasanya di hari Sabtu, Minggu dan hari libur ada pemuda yang menjaga parkir. Jika tidak ada, motor bisa dititipkan di rumah Pak Giyanto yang berada tepat sebelum jalan masuk ke Kedung Kandang,· Kedung Kandang dijangkau dari pertigaan Desa Nglanggeran lurus ke arah Desa Putat. Sesampai di Desa Putat ada pertigaan yang menikung, belok kanan ambil jalan makadam. Tak jauh dari situ, Kedung Kandang sudah bisa dilihat dari kejauhan.· Jaga kebersihan di lokasi dan sepanjang jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar